Patofisiologi Tifus abdominalis

Tifus abdominalis (demam tifoid) adalah penyakit infeksi bakteri hebat yang diawali di selaput lendir usus dan, jika tidak diobati, secara progresif menyerbu jaringan di seluruh tubuh. Aspek paling penting dari infeksi ini ialah kemungkinan terjadinya perforasi usus, karena satu kali organisme memasuki rongga perut, pasti timbul peritonitis yang mengganas. Bila ini terjadi, prognosisnya sangat jelek. Komplikasi lain islah perdaralian per anum dan infeksi terlokalisasi (meningitis, dll.).

Kuman penyebabnya ialah Salmonella typhi (basil gram-negatif) yang memasuki tubuh melalui mulut dengan perantaraan makanan dan minuman yang telah terkontaminasi. Singkatnya kuman ini terdapat dalam tinja, kemih, atau darah. Masa inkubasinya sekitar 10 hari. Salah satu sebab mengapa pasien tifus dianjurkan dirawat di rumah sakit adalah karena relatif mudah menular kepada anggota keluarga lain. Perawat yang menangani pasien ini harus ekstra hati-hati mencuci tangannya, bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri, tetapi agar jangan menularkan kuman ini kepada pasien lain. Bila bertanggung-jawab atas beberapa pasien, saat memandikan atau membersihkan pasien, yang dengan tifus harus yang terakhir.

Gejala klinis infeksi ini berupa demam (biasanya >5 hari, terutama malam hari, makin tinggi; rambut pasien tertentu bisa rontok), menggigil, nyeri/kembung abdomen, lidah kotor dengan tepian merah, sering konstipasi selama beberapa hari.

Komplikasi infeksi dapat terjadi perforasi atau perdarahan. Mengapa bisa timbul perdarahan dan perforasi? Kuman Salmonella typhi terutama menyerang jaringan tertentu, yaitu jaringan atau organ limfoid, seperti limpa yang membesar. Juga jaringan limfoid di usus kecil, yaitu plak Peyeri, terserang dan membesar. Membesarnya plak Peyeri ini tidak berarti ia tambah kuat; sebaliknya, jaringan ini menjadi rapuh dan mudah rusak oleh gesekan makanan yang melaluinya. Inilah sebabnya mengapa kepada pasien tifus harus diberikan makanan lunak, yaitu agar konsistensi bubur yang melalui liang usus, tidak sampai merusak permukaan plak Peyeri ini. Bila tetap juga rusak, maka dinding usus setempat, yang memang sudah tipis, makin menipis, sehingga pembuluh darah setempat ikut rusak dan timbul perdarahan, yang kadang-kadang cukup hebat. Bila ini berlangsung terus, ada kemungkinan dinding usus itu tidak tahan dan pecah (perforasi), diikuti peritonitis yang dapat berakhir fatal.

Pustaka
Patofisiologi Oleh Dr. Jan Tambayong

Pos ini dipublikasikan di Penyakit Dalam dan tag , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar